Thursday, October 22, 2015

Cerita Si Om Tetangga Kost di Lantai Dua

12:03 PM Posted by JG No comments
Capek, keringetan, dan suntuk. Apa yang bisa memperbaiki mood dengan kondisi seperti itu? pastinya hal baru dan ga biasa. 

Capek, keringetan, dan suntuk yang tadi saya rasakan mendadak hilang sewaktu sampai kontrakan karena terdengar suara...

"ih... ih... geli ih..."

Kemudian ada yang menimpalinya.

"Rambutan kamu gede juga yah."

Saya diam menyembunyikan badan di belakang tiang penyangga rumah kost di lantai 2. FYI perlu naik 2 lantai lagi untuk sampai ke kamar saya saat itu. 

---

Fasilitas kost saya lumayan bagus. Ada tempat menonton TV di 3 tempat, lantai 1, 2 dan 3,5. 

Iyah memang aneh kontrakan saya ini lantainya. Lantai 1 itu dikuasai oleh mbak pengelola kontrakan dan para anak anak islami yang suka membahas hadist, al-quran juga beberapa obrolan ringan yang jauh dari gibah. 

Tempat nonton lantai 2 biasanya syepi, maklum remote dan televisinya saja sudah berbeda merk. Kadang sinkronisasi obrolan antara dua perangkat itu suka roaming.

Untuk lantai 3,5 lumayan suka rame diisi oleh saya dan teman-teman untuk menonton sepakbola jika Persib sedang ditayangkan di stasiun swasta, bukan stasiun Cawang. -_-

Jika mulai melewati pukul 10 malam, tempat menonton lantai 3,5 akan dikuasai oleh senior yang sudah tinggal di situ lebih dari 7 tahun. Saya sendiri baru sekitar 3 tahun tinggal di situ. 

Senior ini biasa saya panggil Om. Om ini sering dipakai bahan bercanda dan suka di 'ih ih ih' saat orang menggibahi dia.

Saya sendiri cukup akrab dengan Si Om, karena suka saya sapa dan sedikit-sedikit saya guyonin kalau pintu kamarnya terbuka. Karena kamarnya di lantai 2 makanya selalu saya lewati kalau mau ke kamar saya sendiri.

-----

Saya senyum-senyum bangke denger pasangan sejoli yang sedang memadu kasih itu. Dan mengapa pintunya harus mereka sengajakan dibuka 1/4-nya. Ini bada isya padahal, malam masih panjang. Saya jadi bertanya-tanya, kalau solat yang jadi imamnya siapa?

-----

Berpengalaman lebih dari 5 tahun tinggal di beberapa kota, membuat saya sedikitnya bisa menebak gerak-gerik orang. Saya pernah langsung tembak pertanyaan pada si Om. Mengapa?

Si Om menjawab. Ada banyak faktor yang bisa mengakibatkannya.

1. Masa lalu, jika pada masa kecilnya mendapatkan trauma. Besar kemungkinan untuk beralih haluan dari normal

2. Judging, kalau saat sekolah sering sekali di-judge oleh teman-temannya. Maka faktor peralihan juga sangat besar. Maka janganlah nge-judge/bully orang. Efeknya besar juga dan akhirnya dia akan mengiyakan perkataan yang men-judge-nya.

3. Lingkungan, sering main ke Plaza Festival (dulu Pasar Festival) atau Sarinah di Thamrin. Udah deh cepet tuh.

Jadi benar-benar bukan hanya karena satu faktor saja. Jika terjadi faktor 1, kemudian faktor 2 dan 3 tidak ada. Kemungkinan untuk beralihnya jadi lebih kecil.

Maka menurut si Om yang bisa kita lakukan untuk menghindarinya itu benar-benar di faktor 2 dan 3. 

------

Bulan lalu saya bertemu Si Om sedang makan di salah satu mall di Jaksel. Sudah 2 tahun ga ketemu dia karena sejak menikah, saya tidak lagi kost di sana. Dia lagi kencan dengan cowoknya. Baru nih, Om?

-----

Saya masih terdiam di balik tiang. Suara dua sejoli masih terdengar mesra. Saya tersenyum dan lanjut berjalan ke kamar saya. Ketika melewati kamar Si Om, ternyata dia belum pulang kerja. 

:)


0 comments:

Post a Comment