Wednesday, October 16, 2019

Kepo Kaypoh yang Mau Tau Urusan Orang

1:27 AM Posted by JG No comments

Dari artikel yang pernah saya baca, kepo berasal dari Bahasa Cina yaitu Kay Poh atau Kaypo populer digunakan di Negara Singapura yang  artinya ingin tahu sekali urusan orang lain. Waow juga di Singapura sana ternyata sama dengan Indo, pengen tahu juga urusan orang. Tapi entah sih, mungkin itu hanya istilah yang populer saja di Singapura namun secara kultur mereka tidak Kepo, toh kalau kita sedang liburan ke sana juga terlihat mereka tidak tampak saling acuh satu dan lainnya.





Pagi-pagi temen ngirim SC (screen captured), dengan kualitas gambar yang jelek dipastikan itu teman saya sudah mendapatkannya orang yang entah ke berapa?
Pertanyaannya apakah si orang yang posting itu hanya untuk jokes atau memang dia kepo siapa saja yang tidak berani posting dan akhirnya dia tahu siapa yang nikah karena hamil duluan.

Saya sendiri pun termasuk orang yang kepo, kalau bisa di-stalk via socmed kenapa ga juga? Tapi saya buat se-silent mungkin, ga bikin posting yang memancing orang untuk share hal-hal pribadi mereka. Tapi kalau hal pribadinya mereka share di sosmed, artinya bisa kita nikmatin juga kan?

Di era digital yang serba mudah share apapun, untuk hal perkepoan jadi cukup mudah kita dapatkan. Berbeda ketika saya zaman SMP/SMA di awal tahun 2000, kalau mau info alamat jalan keluarnya pergi ke tata usaha cari nama orang tuanya, lanjut buka yellow pages, dapat tuh nomor telepon sama alamatnya. Untuk info yang lebih mendalam mau tak mau langsung tanya ke orangnya atau teman terdekatnya.

source : nomortelepon.id

Atau kamu orang yang haus akan informasi pribadi orang, siapapun orangnya asalkan bisa tahu hal pribadi orang. Tinggal klik follow saja akun-akun gosip yang katanya non gosip. Apakah di negara kita orang se-kepo itu? Ya bisa dilihat lah akun gosip itu followernya sebanyaka apa?

Masih kepo? sama


Thursday, October 10, 2019

Ruang Diskusi Dengan Anak

8:19 PM Posted by JG No comments

2 minggu sudah saya tidak menelepon Ibu, terakhir kali menelepon beliau sebanyak 4 kali tidak di jawab. Saya merasa kehilangan sesuatu jika tidak mengobrol dengan Ibu walaupun sehari saja. Menelepon beliau sehari bisa 2-5 kali untuk berbagi cerita dari kebakaran, demo, atau juga makan apa malam ini. Ibu marah.

Saya adalah anak yang baik semenjak kecil, tidak melawan orang tua, tidak narkoba, tidak pernah bolos sekolah sampai SMA (akhirnya pas kuliah pernah bolos karena terlalu capek kemudian tidur di student center), mendengarkan orang tua, sudah mandi sebelum magrib, belajar dari jam 7-8 malam, selalu melanjutkan sekolah yang diminta orang tua.

Saya adalah anak baik yang selalu mendengarkan orang tua, penurut nan manis, tapi ternyata bukan… selama ini orang tua tidak pernah memberikan ruang diskusi kepada saya. Saya adalah hasil produk yang terlihat baik namun tidak. Baik kata tetangga, baik kata orang tua, baik kata guru dan orang di sekitar.

Masuk umur 33 tahun ini, pertanyaan yang selalu terulang 'apa passion saya?', itu pertanyaan terlalu sulit, maaf.
Bahkan pertanyaan saya dari umur 21 tahun hingga sekarang setelah mulai bekerja dan keluar dari rumah adalah 'saya makan siang apa? Makan malam apa? Sahur mau makan apa?'.
 Karena ketika kecil tidak ada ruang diskusi, tidak pernah ditanya apa hobi saya? Mau masuk sekolah ke mana? Mau lanjut kuliah apa?, menurut kamu bagaimana?. Terbiasa tidak punya ruang diskusi untuk share keinginan sendiri, hingga saya kesulitan mau makan apa dan untuk menyebrang jalan pun saya seringkali merasa kesulitan karena tidak percaya dengan keputusan sendiri.

Aku punya percaya diri yang rendah, karena dari kecil aku tidak pernah punya suara untuk dihargai. kalau teman-teman melihat saya yang selalu tertawa, tidak pernah marah, selalu bahagia, selalu PD. Itu hanya sikap untuk menutup kekurangan percaya diri saya.

Lalu kenapa Ibu marah? Karena saya memberikan tanggapan terkait bagaimana tata cara membuat sertifikat tanah. Mengapa Ibu marah? Karena beliau tidak pernah membuka ruang diskusi semenjak saya kecil, ketika  saya memberikan suara, beliau marah.

Ibu ga pernah tanya sampai saat ini, 'aku hobinya apa?'

Oiya, Ibu, aku mau masuk SMA 1, bukan SMA 6.

:(