Tuesday, November 19, 2013

Demam Café Racer Datang Lagi, Ikutan Yuk!

Indonesia pada tahun 1960-an pasti membuat bulu kuduk berdiri, ketika itu sedang bergolaknya politik antara TNI yang pro-PKI dan juga pro sayap kanan. Pada saat yang bersamaan, di Inggris Raya para pemudanya sudah asik nongkrong di tempat makan. Kongkow-kongkow ceria di café-café gaul. Bener-bener berbeda sama keadaan Indonesia waktu itu :D

Bercerita tentang tahun 60-an, kala itu para anak muda Inggris yang nongkrong merasa bosan dengan tunggangan alias motor yang begitu-begitu sajah. Yah ... mungkin motor standaran lah, ori gituh. Muncullah istilah jenis motor dengan nama café racer. Dalam perkembangannya, jenis motor café racer ini diadopsi oleh negara Italia, Prancis dan kemudian ke seluruh bagian Eropa.

Jadi apa itu motor café racer?

Café racer adalah motor yang digunakan hanya untuk transportasi orang-orang pergi dari café ke café, rumah ke café, café ke rumah. Pokoknya mah tunggangannya anak gaul British lah. Namun agar terlihat bergaya, motor-motor yang bertipe light (kecil) tersebut dimodifikasi untuk mendapatkan kemampuan handling dan kecepatan yang lebih dibandingkan dengan kemampuan aslinya. Tapi inget yah, zaman dulu motor yang disebut light itu kapasitasnya 350-600 cc. Bayangin ajah, 350-600 cc di Eropa itu termasuk kecil (Hohohohoho..)

Istilah café racer sendiri muncul dari sindiran para mekanik (zaman dulu haters udah ada juga ternyata :|). Mekanik nyinyir sama anak-anak gaul yang cuma mau sok-sok-an bergaya motor balap namun motornya cuma dipake nongkrong di café/tempat makan.

Seperti itulah cerita motor café racer berawal dan berkembang. Untuk tahu bagaimana mengidentifikasi motor bergaya café racer cukup mudah. Biasanya bagian buritan motor berbentuk buntut tawon yang bahenol nerkom (ngerti kan yah?). Pantat membulat disandingkan dengan gaya stang rendah sejajar dengan tangki. Untuk pemilihan tangki sih tidak ada pakem yang kuat, namun disarankan menggunakan tangki yang lonjong (biji nangka) atau lebih panjang seperti peti mati yang mengecil ke arah belakang.

Salah Satu Koleksi Derby Romero 'S90 kuning Café Racer' (Source : Motor Plus)
Di Indonesia, jenis motor yang ideal untuk café racer muncul tahun 70-an akhir. Saat itu pabrikan Jepang mulai memproduksi motor dengan mesin 200 cc. Salah satunya Kawasaki BINTER (KZ-200). Penamaan motor "binter" menarik karena kependekan dari "Bintang Terang" yang merupakan distributor resmi motor Kawasaki saat itu. Selain Kawasaki, ada juga Honda CB200 (dual silinder) yang cukup legendaris, tak lupa motor dari Suzuki dengan GT350 yang terkenal dengan 3 silindernya namun menggunakan 4 knalpot. Yang terakhir ada Yamaha yang mengeluarkan varian RD yang menggunakan dual silinder.

Honda CB200 Café Racer, cantik banget (source : chinonthetank.com)
Tahun 2013 ini mulai banyak para pecinta roda dua (bukan sepeda, tapi mungkin juga sepeda.. Ah anjir..) arah modifikasinya café racer. Diantaranya idola aku @pergijauh yang punya motor café racer hasil modifikasi bengkelnya Lawless Jakarta. Dan ga aneh juga banyak para skuteris yang menurunkan setangnya dan mengubah pantat skuternya tambah bahenol demi mengejar gaya café racer.

@pergijauh dengan motor Suzuki A100 (Source : @pergijauh)
Juga yang cukup ramai diperbincangkan adalah pabrikan Yamaha yang sudah mengeluarkan press release seperti dilansir oleh autoblog.com. Yamaha rencananya akan men-display motor café racer-nya di "The 43rd Tokyo Motor Show 2013". Motor café racer itu diberi nama "BOLT CAFÉ" yang bernapaskan mesin V twin 0.95 liter (950 cc). Slogan baru yang digunakan Yamaha adalah "Revs Your Heart" yang berarti Yamaha siap untuk meningkatkan performa kendaraannya untuk mendapatkan hati para pecinta motor Yamaha #tsaaah (jadi sekarang yamaha maen hati juga? Eaaaaa)

BOLT CAFÉ 'The 43rd Tokyo Motor Show 2013' (source : autoblog.com)

Jadi, kalian para rider yang hobi nongkrong di café, apakah sudah punya café racer? Mari bersama-sama membangun motor café racer mulai dari sebuah sketsa mimpi dan mewujudkannya. Café racer impian saya Yamaha XS650, kalau kamu apa?

0 comments:

Post a Comment